Friday 23 March 2012

Fort de Kock Bukti 1825

Benteng peninggalan koloni Belanda sewaktu Capten Bouer mendirikan benteng ini pada tahun 1825. Ketika itu Baron Hendrick Merkus de Kock menjadi komandan Der Troepen dan Wakil Gabenor Jeneral Hindia Belanda. Nama benteng ini diambil sempena nama gabenor tersebut.


Benteng yang terletak di atas Bukit Jirek ini digunakan oleh Tentara Belanda sebagai kubu pertahanan dari gempuran rakyat Minangkabau terutama sejak meletusnya Perang Paderi pada tahun 1821-1837. Disekitar benteng masih terdapat meriam-meriam kuno periode abad ke 19. Kini ia dikelilingi oleh bandar yang di panggil Bukittinggi.

Fort de kock 1825'

Benteng Fort de Kock digunakan oleh Tentara Belanda sebagai kubu pertahanan dari gempuran rakyat Minangkabau terutama sejak meletusnya Perang Paderi pada tahun 1821-1837 .Semasa pemerintahan Be­lan­da, Bukittinggi dijadikan sebagai salah satu pusat peme­rintahan, kota ini disebut sebagai Gemetelyk Resort pada tahun 1828. Sejak tahun 1825 pemerintah koloial Belan­da telah mendirikan sebuah benteng di kota ini sebagai tempat pertahanan, yang hingga kini para wisatawan dapat melihat langsung benteng tersebut yaitu Fort de Kock. Selain itu, kota ini tak hanya dijadikan sebagai pusat peme­rintahan dan tempat pertahanan bagi pemerintah kolonial Belanda, namun juga dijadikan sebagai tempat peristirahatan para opsir Belanda yang berada di wilayah jajahannya. – sumber Wikipedia-

*(rujukan google)
*(rujukan google)
Meriam peninggalan Belanda*

Pembangunan yang dilakukan oleh pemerintahan Kolonial Belanda tersebut dalam istilah Minangkabau dikenal dengan “tajua nagari ka Bulando” yang berarti Terjual negeri pada Belanda. Namun jika tiada peristiwa ini berlaku maka bukittinggi masih lagi mundur dan tidak maju.

(rujukan google)

No comments:

Post a Comment